LINTAS SUMBA – Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, memiliki dampak jangka panjang yang bisa memengaruhi kualitas hidup seseorang hingga lanjut usia.
Tidak hanya pertumbuhan fisik anak yang terhambat, tetapi juga perkembangan otak mereka.
Kondisi ini dapat mengganggu kemampuan belajar di sekolah, produktivitas, dan kreativitas di usia dewasa, sehingga mengancam masa depan anak-anak.
Demikian disampaikan Kabid DP3A Kabupaten SBD Ester Dabi Dede, saat memberikan materi dalam Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Kampung Marewet, Desa Weri Lolo, Kecamatan Wewewa Selatan, pada Rabu, 07 Agustus 2024.
Diketahui, giat ini diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTT bersama mitra mereka Anggota Komisi IX DPR RI Ratu Ngadu Wulla Talu.
“Selama kehamilan, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang. Makanan bergizi itu tidak harus mahal. Ubi, Keladi, Nasi Jagung dan sayur-sayuran itu sudah makanan bergizi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, Pemberian ASI sedini mungkin setelah melahirkan sangat penting. Ini dikarenakan ASI mengandung kolostrum yang dapat melindungi bayi dari infeksi dan mengurangi risiko kematian.
“ASI eksklusif itu harus diberikan sampai bayi berusia enam bulan tanpa tambahan makanan atau minuman lain, kecuali obat-obatan yang sesuai dengan resep dokter,” jelasnya.
Pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), kata Ester, anak rentan terhadap infeksi yang dapat menghambat tumbuh kembang mereka. Vaksinasi dapat menurunkan risiko infeksi dan kematian pada anak, serta membantu mencegah stunting.