LINTAS SUMBA – Tidak ada seorang pun dari kita yang dapat dipersatukan dengan Yesus seperti Maria, di mana ia adalah ibu-Nya secara biologis.
Namun, kita masing-masing dapat seperti Maria merangkul Yesus melalui iman. Melalui ketaatan kepada sabda-Nya, kita pun dapat dipersatukan dengan Yesus sebagai anggota keluarga-Nya.
Perikop Injil hari ini (Lukas 8:19-21) berceritera mengenai perjumpaan “Yesus dan saudara-saudara-Nya”.
Perjumpaan itu oleh penginjil Lukas berakhir dengan sabda Yesus: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya”. (Ayat 21)
Penginjil Lukas mau mengungkapkan bahwa mendengarkan firman Allah dan melakukannya, itu menjadi lebih penting dari perjumpaan keluarga itu. Dalam kutipan teks di atas ada kesan, bahwa seolah-oleh Yesus tidak mau menerima ibu-Nya.
Itu hanya kesan saja. Tetapi, Maria termasuk mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. (Luk 1:38)
Yesus tentu tidak menyangkal kekerabatan-Nya karena pertalian darah dengan ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya. Dia hanya mau mengatakan dengan tegas bahwa kita tidak boleh mempersempit arti relasi kekerabatan.
Kekerabatan karena mendengarkan firman Allah jauh lebih BERMAKNA daripada kekerabatan karena pertalian darah. Ada dasar lain yang mempermudah kita menyebut siapa saja sebagai ibu dan saudara bukan karena hubungan darah, bukan karena perkawinan, bukan karena suku dan ras, melainkan relasi kekeluargaan yang DIBANGUN karena mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah.
Jika demikian, maka kita tidak akan mengalami kesulitan mendapatkan saudara.***
Article By: Dami Tiala, Umat Lingkungan Ratu Kenyo, Ev. Gereja Paroki Santo Petrus & Paulus BABADAN Wedomartani, Sleman – Yogyakarta. Selasa, 24 September 2024. Sumber Inspirasi: Amsal 21:1-6.10-13 dan Lukas 8:19-21