LINTAS SUMBA – Militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah menggunakan air laut untuk menggenangi sistem terowongan bawah tanah yang dimiliki oleh Hamas di Jalur Gaza, pada Selasa, 30 Januari 2024.

Ini adalah pertama kalinya Israel Defense Forces (IDF) resmi mengakui penerapan strategi yang kontroversial ini.

Padahal, strategi tersebut telah diingatkan oleh beberapa pakar hidrologi dan lingkungan PBB bahwa tindakan seperti ini dapat merusak kualitas mayoritas air minum di Gaza dan juga membahayakan sektor pertanian.

“Selama perang, IDF telah mengimplementasikan kemampuan baru untuk menetralisir infrastruktur bawah tanah teroris di Jalur Gaza dengan mengalirkan volume air yang besar ke dalam terowongan,” ungkap IDF.

Menurut IDF, langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari serangkaian strategi yang digunakan untuk mentralisir jaringan terowongan bawah tanah.

Keterampilan ini diperoleh melalui pengalaman kerja profesional dalam menganalisis sifat tanah dan sistem air di wilayah tersebut untuk memastikan perlindungan terhadap sumber air tanah di daerah itu.

”Proses memompa air hanya dilakukan pada jalur dan lokasi terowongan yang sesuai dengan metode operasi yang cocok untuk setiap situasi,” jelas IDF.

Berdasarkan informasi dari Israel, terdapat jaringan terowongan Hamas yang mencakup jarak sekitar 560-725 kilometer di bawah wilayah kantong pesisir Palestina.

Pada Minggu, 28 Januari 2024, The Wall Street Journal, surat kabar Amerika Serikat, mengutip sumber-sumber pejabat dari Israel dan AS yang mengindikasikan bahwa sekitar 80 persen dari sistem terowongan yang dimiliki oleh Hamas masih dalam keadaan utuh.

Menurut laporan terbaru yang dirilis pada Selasa, 30 Januari 2024, oleh Kementerian Kesehatan Palestina yang berbasis di Gaza, lebih dari 26.751 warga Palestina tewas dan 65.636 lainnya mengalami luka-luka sejak Israel memulai serangan skala besar pada Tanggal 07 Oktober 2023.

Tindakan militer Israel itu dilakukan sebagai respon terhadap serangan tak terduga yang dilakukan oleh Hamas melintasi perbatasan terhadap komunitas-komunitas di bagian selatan Israel dan mengakibatkan tewasnya sekitar 1.200 orang.***

Sumber: Antara

Ikuti berita terupdate Lintas Sumba dengan KLIK DI SINI.