LINTAS SUMBA – Pemikiran Soekarno berakar pada sejarah Nusantara dan dunia, dengan analisis materialisme historis, Marxisme, nasionalisme, Islamisme, dan sosialisme.

Hal ini disampaikan Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, dalam acara pembekalan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, pada Selasa, 12 Februari 2025.

“Jangan lupa sejarah. Jangan tinggalkan sejarah. Ini yang disebut dialektika pertama,” ungkapnya.

Sebagai contoh, Hasto menyinggung strategi PDIP dalam membangun kantor DPP alternatif di Yogyakarta.

Gagasan tersebut muncul setelah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mencetuskan potensi ancaman megathrust di Jakarta.

“Dari situ kami punya ide, kalau di Jakarta ada megathrust, maka kita juga punya kantor partai yang representatif apabila kantor di tingkat pusat dalam keadaan darurat,” jelasnya.

Kantor ini, kata dia, dirancang dengan konsep green building, menggandeng arsitek muda untuk mewujudkan ide berkelanjutan.

Hasto juga mengkritik kepala daerah yang terlalu bergantung pada anggaran sebelum memiliki visi pembangunan.

Ia menekankan, bahwa kepala daerah terpilih harus membangun wilayahnya berdasarkan ide dan imajinasi, bukan semata-mata mengandalkan anggaran yang tersedia.