LINTAS SUMBA – Penurunan status Cagar Alam Mutis menjadi Taman Wisata Alam terus memicu protes, salah satunya dari Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema.
Mantan anggota Komisi IV DPR RI ini tegas menolak perubahan tersebut dan menyebutnya sebagai ancaman terhadap keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan sumber air di wilayah Timor.
Menurut Ansy, air adalah elemen kunci bagi kehidupan. Ia menekankan pentingnya menjaga sumber daya air, yang sebagian besar berasal dari Cagar Alam Mutis, untuk mendukung kelangsungan hidup masyarakat Timor.
“Air adalah sumber peradaban. Jika tidak ada air, tidak akan ada kehidupan,” ujarnya.
Sebagai satu-satunya wakil rakyat asal NTT yang vokal menentang keputusan ini, Ansy menilai bahwa perubahan status Mutis akan membuka peluang bagi pembangunan komersial yang berpotensi merusak ekosistem kawasan tersebut.
“Saya adalah penjaga Cagar Alam Mutis. Jangan coba-coba ganggu Mutis. Mutis itu ibarat ibu yang menyusui masyarakat Timor. Sangat mengecewakan melihat keputusan sepihak dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) yang menurunkan statusnya menjadi Taman Nasional,” ujar Ansy dalam sebuah konferensi pers di Kupang, pada Kamis pekan lalu.
Cagar Alam Mutis, yang mencakup area seluas 12.315 hektar, selama ini berperan sebagai wilayah konservasi. Ansy menyoroti risiko pembangunan infrastruktur komersial seperti penginapan yang bisa mengganggu kelestarian ekosistem.
Ia juga menekankan pentingnya kawasan ini sebagai sumber air untuk tiga kabupaten di Pulau Timor dan empat sungai utama di Timor Barat, termasuk yang mengalir hingga Timor Leste.
Ansy menambahkan bahwa penurunan status ini mengancam kelangsungan hidup masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam di Mutis.