LINTAS SUMBA – Di atas dataran tinggi Desa Tena Teke, Kecamatan Wewewa Selatan, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat sebuah kampung situs yang masih terjaga dan kebudayaannya masih di junjung tinggi sampai sekarang.
Kampung ini masih menjaga nilai-nilai budaya dan leluhur tanah marapu, sehingga kampung ini dijadikan kampung tempat wisata bagi para wisatawan yang hendak berkunjung.
Kampung Manola adalah salah satu kampung adat yang masih lestari di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kampung ini berada di atas bukit yang menghadap ke arah laut.
Di sini, pengunjung bisa merasakan suasana hidup masyarakat adat Sumba yang masih memegang teguh kepercayaan Marapu.
Untuk diketahui, marapu adalah dewa-dewa leluhur yang dipercaya sebagai pemberi berkat dan pelindung bagi masyarakat Sumba.
Kampung Manola memiliki 34 rumah adat yang berbentuk lonjong memanjang. Rumah-rumah ini dibangun dari bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan alang-alang.
Di halaman setiap rumah adat, terdapat batu-batu nisan yang menandai tempat pemakaman leluhur.
Selain itu, rumah-rumah adat ini juga memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan kepercayaan Marapu.
Misalnya, empat pilar utama rumah melambangkan empat mata angin, sedangkan dua pilar induk melambangkan ayah dan ibu.
Pengunjung yang datang ke Kampung Manola bisa menyaksikan berbagai upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Salah satu upacara adat yang terkenal adalah Teda, yaitu upacara untuk meminta berkat kepada Marapu agar panen padi dan jagung berhasil dan terhindar dari bencana.
Dalam upacara ini, masyarakat akan membawa sesaji berupa hewan kurban, sirih pinang, dan minuman tradisional. Mereka juga akan menari dan bernyanyi dengan iringan musik tradisional yaitu gong.