LINTAS SUMBA – Pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian budaya daerah. Konsep ini akan memastikan agar komunitas adat tidak tersingkir oleh perkembangan pariwisata berskala besar.
Yohanis Fransiskus Lema, menyampaikan pandangannya itu saat mengunjungi Kampung Adat Takpala di Kabupaten Alor, baru-baru ini.
“Kita perlu mengedepankan pariwisata berbasis masyarakat adat atau community-based eco-tourism,” ujarnya.
Ansy Lema sapaan akrabnya, meyakini bahwa pemberdayaan masyarakat adat akan mendorong pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Menurut calon gubernur NTT nomor urut 01 itu, potensi budaya lokal sangat besar untuk dijadikan fondasi pengembangan pariwisata.
Di Takpala, ia menyoroti kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat, khususnya mama-mama penenun, sebagai modal budaya yang perlu dilestarikan.
“Segala bentuk kerajinan tangan, terutama yang dihasilkan oleh mama-mama, adalah modal budaya yang kuat dan harus kita lestarikan,” jelasnya.
Ansy juga mengungkapkan pentingnya mempertahankan nilai-nilai adat dan budaya, yang ia sebut sebagai karakter khas NTT. Ia menekankan bahwa pariwisata NTT harus mencerminkan identitas budaya dan ekologi, sebuah konsep yang ia juluki “NTT Berkarakter.”
Kampung Adat Takpala sendiri merupakan simbol keanekaragaman budaya yang kaya. Kampung ini dihuni oleh tiga suku besar, yaitu Suku Marang, Suku Aweni, dan Suku Kapitang, yang hidup dalam harmoni di bawah naungan rumah adat khas, Fala Foka.