LINTAS SUMBA – Keputusan anak-anak muda di daerah untuk merantau bukanlah pilihan yang diambil tanpa pertimbangan.
Dengan latar belakang pendidikan yang cukup, banyak dari mereka yang sebenarnya memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pertanian, peternakan, atau perikanan di kampung halaman mereka.
Namun, tantangan ekonomi yang dihadapi sering kali menjadi penghalang utama yang mendorong mereka meninggalkan rumah untuk mencari penghidupan di luar.
Pertanian, yang seharusnya menjadi pilar ekonomi di banyak daerah, tidak lagi menjanjikan. Hasil panen yang diharapkan mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk kebutuhan adat dan sosial, ternyata sering kali tidak mencukupi.
Masalah ini diperparah oleh fluktuasi harga komoditas yang merugikan petani. Contohnya, saat musim panen jambu mete tiba, harga di tengkulak justru jatuh. Situasi serupa juga dialami oleh petani kopi, cengkeh, kakao, dan komoditas lainnya.
Ironisnya, keputusan harga yang begitu memengaruhi hidup para petani sering kali berada di tangan para tengkulak, tanpa ada intervensi yang cukup dari pemerintah daerah.
Tekanan ekonomi ini diperburuk oleh biaya hidup yang terus meningkat, mulai dari biaya pendidikan, listrik, hingga air.
Dengan pendapatan yang tidak sebanding dengan pengeluaran, anak-anak muda melihat sektor pertanian bukan sebagai peluang, tetapi sebagai beban yang semakin sulit untuk dipikul.
Ketiadaan modal untuk mengembangkan usaha sendiri juga menjadi penghalang, ditambah lagi dengan keterbatasan akses terhadap alat-alat pertanian modern seperti traktor atau mesin penggiling.