LINTAS SUMBA – Isu “Mama Bantu Mama” yang diusung oleh Jane Natalia Suryanto bukan sekadar janji politik, melainkan sebuah strategi transformasi yang menggugah.
Inisiatif ini menyentuh inti kehidupan sehari-hari perempuan Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana peran mereka sering kali direduksi dalam struktur patriarki yang mengakar.
Jane, dengan visi yang tajam ini, menyadari bahwa perubahan besar dimulai dari dapur, dari setiap perempuan yang berjuang untuk kesejahteraan keluarganya.
Di tengah ketimpangan gender yang masih kental, Jane hadir dengan keberanian dan keyakinan bahwa kolaborasi antarperempuan adalah kunci.
Ini bukan tentang meminta kesetaraan, tetapi tentang menunjukkan bahwa perempuan, dengan segala kemampuan dan ketekunan mereka, sudah sejak lama memegang peran vital dalam pembangunan. Sayangnya, kontribusi ini kerap diabaikan atau dianggap sepele.
Pilihan Ansy Lema untuk menggandeng Jane dalam Pilgub NTT adalah langkah signifikan yang harus diapresiasi. Namun, apresiasi ini hanya akan memiliki makna jika diikuti dengan kebijakan nyata yang menempatkan isu-isu perempuan di garis depan.
“Saya memilih calon wakil gubernur seorang perempuan sebagai bentuk apresiasi yang tinggi, penghormatan yang khusus kepada kaum perempuan, kepada mama-mama,” ungkap Ansy Lema saat mendaftarkan diri di KPU Provinsi NTT kala itu.
Menempatkan Jane Natalia Suryanto sebagai calon wakil gubernur bukanlah sekadar simbol atau pendukung, tetapi juga sebuah tantangan besar untuk membuktikan bahwa NTT siap untuk mengubah wajah pembangunan yang lebih inklusif.
“Saya sepenuhnya menyadari bahwa banyak persoalan, banyak PR, banyak tantangan yang dihadapi oleh provinsi ini terkait erat dengan eksistensi, peran, dan juga kesejahteraan kaum perempuan,” kata Ansy.
Sepakat dengan Kaka Ansy dan Kaka Jane, kami kaum perempuan tidak boleh dianggap sebelah mata. Manyala Kaka
Setuju Kaka…